Oleh : Eka Rinika Jika bersedih, panggillah dia yang dulu senang menebar janji Karena penenang jiwa sementara hanyalah mengingat ang...
Oleh : Eka Rinika
Jika bersedih, panggillah dia yang dulu senang menebar janji
Karena penenang jiwa sementara hanyalah mengingat angin surga yang dihembuskannya
Lewat rongga-rongga pelepas dahaga, bebayang ilusi membawamu terbang ke awang-awang
Jadikan asamu bak buih-buih gelombang
Bila menghampiri tepian pantai
Maka dia kan kembali lagi bersama segerombolan teman-temannya.
Semenit saja telah kau rasa perantara kenikmatan, itulah kenyataan hembusan derita dari neraka
Telah hilang kebaikan jiwa di hatinya
Bila dulu adalah masa sulitnya melambung tinggi dalam kepayahan
Saat ini dia memanen apa yang telah dicita-citakannya sejak lama
Satu persatu rumah mewah dibuatnya pada setiap kabupaten kota
Berbagai tabungan dari bank beda nama berhasil gemuk setiap bulannya
Bahkan bisa menyimpan bidadari-bidadari di tempat yang berlainan daerah
Tanpa seorang pun tahu betapa busuknya pemimpin negeri ini
Bila tak berusaha sendiri mencari rezeki
Jangan harap bantuan sekantong beras datang darinya, dari Tuan bertahta kasta
Apalagi sebungkus nasi dengan ikan bakar istimewa, takkan mungkin
Telah kenyang perutnya dan anak cucunya, cukup sudah, egoiskan !
Yakinlah waktu akan menghapus kesedihan itu
Duduklah bersama sanak saudara yang setia dalam suka dan dukamu
Tak usah khawatirkan hari esok, karena hari ini belum tentu pertolongan tak datang
Ingatlah, kesedihan tak pernah abadi, tetapi kebahagian pun tak pernah lestari
Kalau saja tak ada yang mempengaruhi jiwa, dia yang kuanggap kerasukan setan
Mungkin tak pernah ada kehidupan bernanah luka seperti ini
Karena penenang jiwa sementara hanyalah mengingat angin surga yang dihembuskannya
Lewat rongga-rongga pelepas dahaga, bebayang ilusi membawamu terbang ke awang-awang
Jadikan asamu bak buih-buih gelombang
Bila menghampiri tepian pantai
Maka dia kan kembali lagi bersama segerombolan teman-temannya.
Semenit saja telah kau rasa perantara kenikmatan, itulah kenyataan hembusan derita dari neraka
Telah hilang kebaikan jiwa di hatinya
Bila dulu adalah masa sulitnya melambung tinggi dalam kepayahan
Saat ini dia memanen apa yang telah dicita-citakannya sejak lama
Satu persatu rumah mewah dibuatnya pada setiap kabupaten kota
Berbagai tabungan dari bank beda nama berhasil gemuk setiap bulannya
Bahkan bisa menyimpan bidadari-bidadari di tempat yang berlainan daerah
Tanpa seorang pun tahu betapa busuknya pemimpin negeri ini
Bila tak berusaha sendiri mencari rezeki
Jangan harap bantuan sekantong beras datang darinya, dari Tuan bertahta kasta
Apalagi sebungkus nasi dengan ikan bakar istimewa, takkan mungkin
Telah kenyang perutnya dan anak cucunya, cukup sudah, egoiskan !
Yakinlah waktu akan menghapus kesedihan itu
Duduklah bersama sanak saudara yang setia dalam suka dan dukamu
Tak usah khawatirkan hari esok, karena hari ini belum tentu pertolongan tak datang
Ingatlah, kesedihan tak pernah abadi, tetapi kebahagian pun tak pernah lestari
Kalau saja tak ada yang mempengaruhi jiwa, dia yang kuanggap kerasukan setan
Mungkin tak pernah ada kehidupan bernanah luka seperti ini
*Penulis adalah aktivis GaSAK Bireuen, Anggota LPMSA Universitas Almuslim