Oleh Eka Rinika TUAN dalam segala sesuatu itu ada bukti, Yang menunjukkan bahwa kenyataan dari setengah rencana kerjamu bisa dinikmati ...
Oleh Eka Rinika
TUAN dalam segala sesuatu itu ada bukti,
Yang menunjukkan bahwa kenyataan dari setengah rencana kerjamu bisa dinikmati penduduk negeri.
Dan, tidaklah aku datang meneriakimu di gerbang besi itu.
Dan, aku kan paham bahwa ketetapan yang kau canangkan hasil pemikiran bersama atas aspirasi masyarakat pula.
Janganlah main belakang, bila ingin upah lebih, kenapa tak cari kerja sampingan saja.
Kan itu lebih halal dan berkah.
Dari pada mencuri hak kami dengan dalih melancarkan program kerja.
Dalam bentangan suara media aku membaca.
Sudah ada biaya operasional, ku rasa simban dengan caramu yang lamban.
Wahai pengeluh, yang mengeluh bukan karena kesakitan, seharusnya kau tegukkan secangkir teh untuk kaum renta itu.
Bukan setiap saat berkelahi melempar diksi atas kekurangan sana dan sini.
Hingga engkau menutup mata, lalu bertindak curang, berbuat seenaknya, merampas nafas-nafas pada kehidupan kecil.
Ku doakan kunci kedamaian jiwa tak lagi menghampirimu, biarlah padam seraya kekejian yang kau lakukan paksa, tanpa malu, lalu tersenyum keluar dari pelbagai kantor kejaksaan.
Mengapa koruptor selalu jaya dan benar di setiap pandangan semua orang.
Apakah ini garis-garis akhir zaman, salah jadi benar, yang benar disalahkan.
Mengapa ketika uang telah berbicara, maka semua menjadi buta?
Tidakkah kau lihat per-peri kecil layu tanpa makanan lezat.
Tidakkah kau merindukan senyuman polosnya?
Yeah, koruptor jiwamu tidak indah
Dan, tidak akan pernah melihat keindahan di alam semesta.
TUAN dalam segala sesuatu itu ada bukti,
Yang menunjukkan bahwa kenyataan dari setengah rencana kerjamu bisa dinikmati penduduk negeri.
Dan, tidaklah aku datang meneriakimu di gerbang besi itu.
Dan, aku kan paham bahwa ketetapan yang kau canangkan hasil pemikiran bersama atas aspirasi masyarakat pula.
Janganlah main belakang, bila ingin upah lebih, kenapa tak cari kerja sampingan saja.
Kan itu lebih halal dan berkah.
Dari pada mencuri hak kami dengan dalih melancarkan program kerja.
Dalam bentangan suara media aku membaca.
Sudah ada biaya operasional, ku rasa simban dengan caramu yang lamban.
Wahai pengeluh, yang mengeluh bukan karena kesakitan, seharusnya kau tegukkan secangkir teh untuk kaum renta itu.
Bukan setiap saat berkelahi melempar diksi atas kekurangan sana dan sini.
Hingga engkau menutup mata, lalu bertindak curang, berbuat seenaknya, merampas nafas-nafas pada kehidupan kecil.
Ku doakan kunci kedamaian jiwa tak lagi menghampirimu, biarlah padam seraya kekejian yang kau lakukan paksa, tanpa malu, lalu tersenyum keluar dari pelbagai kantor kejaksaan.
Mengapa koruptor selalu jaya dan benar di setiap pandangan semua orang.
Apakah ini garis-garis akhir zaman, salah jadi benar, yang benar disalahkan.
Mengapa ketika uang telah berbicara, maka semua menjadi buta?
Tidakkah kau lihat per-peri kecil layu tanpa makanan lezat.
Tidakkah kau merindukan senyuman polosnya?
Yeah, koruptor jiwamu tidak indah
Dan, tidak akan pernah melihat keindahan di alam semesta.
*Penulis adalah mahasiswi Universitas Al-Muslim, aktivis GaSAK Bireuen