Oleh Eka Rinika Debu itu telah menggumpal Tuan Seiiring penuhnya perkara dosa yang kau lakukan Bagai benih yang bila ditaburi di ta...
Oleh Eka Rinika
Debu itu telah menggumpal Tuan
Seiiring penuhnya perkara dosa yang kau lakukan
Bagai benih yang bila ditaburi di tanah subur
Akan tumbuh dengan mudahnya
Begitulah tindakan kotor telah membudaya pada masa modern
Tidakkah kau ingat betapa tragisnya kehidupan rakyat kecil
Pun telah terbukti sebagai setan berkepala dua
Alias koruptor penimbun harta haram di sana-sini
Kau masih saja menebar senyum merekah
Seolah tak pernah lakukan apa-apa
Di depan kamera berlagak seperti sang primadona
Eksis keluar masuk kejaksaan dengan beberapa pengawal penjagamu
Kau manusia rakus, tikus busuk, bak onggokan daging murahan
Menganggap diri manusia suci dan bersih dari noda dosa
Rakyat, bila salah kau hantam dengan aturan bayar pajak
Bila terisak-isak dalam tangis
Karena kesudahan tangis itu hanya asa
Tetap getir kau timpakan berjuta permintaan di jalan kehidupan
Kau jajal rejekinya, kau ratakan kediamannya dengan tanah
Bahkan bila rakyat kecil bersikeras bertahan
Dengan tega kau bakar segalanya
Demi memuluskan rencanamu
Sungguh tidak ada lagi rasa iba dalam sempitnya hati dan pemikiranmu yang egois
Janji dan sumpah serapah memerdekakan kesejahteraan rakyat kecil
Ternyata hanya lelucon belaka
Gelar mayor, doktor, katakan senior, itu hanya titel tak bermakna
Kecerdasanmu kau salah gunakan
Bukan pada tempatnya tapi sesak di tempatmu
Bila anak negeri ini mulai beranjak dewasa
Hal pertama yang ingin ku katakan padanya adalah negeri ini munafik
Sebab koruptor itu payah
Senang minum darah kelas rendahan seperti kita
Koruptor itu memang payah
Mampu bahagia di atas penderitaan orang lain
Payah anggapan putus asa karena hujatan untuk Tuan Koruptor
Sudah habis dalam gusarnya hatiku
Tak ada lagi ketegaran hidup
Biar Tuhan memberimu ganjaran yang setimpal, itu saja
Penulis adalah siswa Serak Bireuen dan Mahasiswi Unimus